JODANEWS- Dua kabupaten yang cukup menjadi sorotan dalam pelaksanaan Pilkada serentak mendatang yakni Muratara dan Ogan Ilir. Karena dinilai banyak gesekan gesekan yang berakibat menimbulkan kericuhan dengan latar belakang dan watak masyarakatnya. Namun, untuk mengantisipasi hal tersebut salah satunya yaitu figur calon pemimpim dan figur yang telah ada selama ini untuk mengontrol indikasi gejolak itu serta juga peran berbagai organisasi.
Menurut Kepala Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Sumsel, Richard Cahyadi, meski digelar secara serentak, tidak ada daerah yang masuk dalam kategori zona merah. Meski demikian, ada beberapa daerah yang wajib mendapatkan perhatian khusus, dan dilakukan monitoring secara maksimal karena dampak proses tahapan penetapan calon kepala daerah itu sendiri hingga selesainya Pilkada.” Misalkan Kabupaten Muratara. Bisa saja indikatornya karena dipicu dari gagalnya tes kesehatan yang dilakukan bakal calon setempat,” ujar Richard.
Masih kata Richard, walaupun hingga sekarang ini belum ada gejolak itu, semua indikasi lain mulai terlihat jika memasuki tahapan Pilkada mendatang terlebih setelah penetapan calon. “Tahapan Kampanye yang wajib kita pantau. Biasanya ada pergesekan masing masing pendukung,” tambah Mantan Kabag Kesra Sumsel ini.
Dirinya juga menilai jika figur atau tokoh, berperan menetralisir jika keadaan mulai memanas. Kesbangpol sendiri terus berkoordinasi dengan sejumlah organisasi atau forum yang ada untuk memonitor dan mengendalikan indikasi tersebut agar tidak cepat meluas.” Sumsel ini masuk dalam daerah Zero Publik. Kita juga memiliki Forum-Forum Umat Kerukunan Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini, Forum Pembauran. Mereka terus kita rangkul dan berikan pembinaan agar ritme pesta demokrasi kita tetap terjaga. Tokoh masyarakat juga memiliki andil besar,” tutup Richard.
Terpisah, pengamat politik Universitas Sriwijaya (Unsri), Alfitri mengungkapkan, jika hampir semua daerah yang menggelar Pilkada tersebut teridikasi terjadinya kecurangan. Meski demikian, dari sekian banyak daerah tersebut, dirinya juga ternyata lebih menyoroti dua daerah yang sama yaitu Kabupaten Muratara dan Ogan Ilir.” Kabupaten Pemekaran dari Musi Rawas tersebut sangat besar terjadinya pergesekan-pergesekan yang nantinya bisa berujung pada aksi aksi massa. Apalagi, bakal calonnya diputuskan untuk gagal dalam salah satu tahapan tes beberapa waktu lalu,” terang dia.
Tak hanya itu, sikap dan perilaku warga Muratara juga diakui berwatak cukup keras. Terutama di kalangan akar rumput. “Belum lagi, banyaknya etnis yang berada disana,” tambah.
Sedangkan Kabupaten Ogan Ilir (OI), selain masyarakatnya sangat kuat dengan Agamis. Calon-calon yang akan maju pun memiliki latar belakang politik yang sangat kuat. Salah satunya, anak orang nomor dua di Sumsel ini sedangkan satunya lagi anak mantan orang nomor satu di Ogan Ilir itu sendiri. ” Tentu kalau kita lihat, cukup menarik pertarungan perebutan kursi nomor satu di kabupaten tersebut. Tapi disisi lain, peluang konflik juga bisa saja terjadi,” himbaunya.
Serupa dengan yang dikatakan Kesbangpol Sumsel Richard, menurut Alfitri, persinggungan tersebut bisa saja diredam dan diminimalisir dengan sosok atau figur yang nantinya akan maju. Artinya, semua ada ditangan sang calon. ” Calon pemimpin itulah yang nantinya menentukan mau dibawa kemana massa pendukungnya. Dan kita harapkan, sang calon bisa mengarahkan massanya untuk bisa bersaing sehat, tertib dan sportif,” tandasnya.