Laporan Abiyasa / Pendim 0734/Yka
YOGYAKARTA, Jodanews.com – Komandan Kodim 0734/Yogyakarta Letkol Inf Bram Pramudia, S. E, menghadiri upacara ziarah ke makam Arie Frederik Lasut dalam rangka rangkaian hari jadi Pertambangan dan Energy ke-73 tahun 2018 di TPU Sasanalaya Yogyakarta, Jalan Ireda No. 4, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta. (21/09).
Arie Frederik Lasut adalah tokoh perintis dalam ilmu pertambangan dan geologi di Indonesia pada masa perang kemerdekaan. Arie Frederik Lasut lahir di desa Kapataran, Minahasa, Sulawesi Utara, 6 Juli 1918, sebagai putra tertua dari 8 bersaudara, anak pasangan Darius Lasut dan Ingkan Supit. Arie Frederik Lasut mulai mendalami ilmu geologi saat dia mengikuti Asistent Geologen Cursus di Bandung yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw pada tahun ajaran 1939-1941. Kursus Asisten Geologi tersebut adalah kursus dengan angkatan pertama yang diselenggarakan menjelang meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939-1945. Lasut bersama dengan beberapa tokoh lainnya yakni R. Sunu Soemosoesastro, J.van Gorkom dan Meinecke menyelesaikan kursus dan mulai kariernya sebagai geologiwan pada 12 Pebruari 1940.
Kegiatan Ziarah ke makam Ari Frederik Lasut dipimpin langsung oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bapak Arcandra Tahar. Kegiatan diawali dengan laporan perwira upacaraan (Sertu Mulyadi) kepada Wakil Mentri ESDM Bapak Arcandra Tahar selaku pemimpin Upacara ziarah. Selanjutnya Wakil Mentri ESDM melakukan peletakan Karangan Bunga di makam Arie Frederik Lasut dan menabur bunga oleh keluarga dan para peziarah.
Ziarah ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan nasional, mengenang dan merefleksikan pengorbanan dan jasa Ari Frederik Lasut yang telah mengorbankan jiwa dan raganya selama Perang Kemerdekaan 1945-1949 melawan tentara Belanda yang didukung oleh pasukan sekutu. Arie Frederik Lasut memimpin Pusat Djawatan mengungsi dari satu tempat ke tempat yang lain selama 4 tahun dari rentang bulan Desember 1945 hingga Desember 1949.
Dengan semangat perjuangan yang tinggi, A.F. Lasut bersama rekan sejawatnya berhasil merebut dan mempertahankan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi. Tidak hanya merebut Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, dia juga menyelamatkan dan mengembangkannya.
Karena kepintarannya dalam hal ilmu pertambangan dan geologi, Lasut menjadi incaran bangsa Belanda. Lasut tetap bersikeras untuk menolak bekerjasama dengan Belanda hingga akhir hayatnya. Ketika berusia 30 tahun, Lasut diculik dari rumahnya dan ditembak mati oleh Belanda pada 7 Mei 1949 di daerah Pakem (sekitar 7 kilometer di utara Yogyakarta).
Untuk menghormati jasa-jasanya, A.F. Lasut kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 20 Mei 1969 Nomor 012/TK/Tahun 1969.
Rangkaian Kegiatan ziarah dalam rangka rangkaian hari jadi Pertambangan dan Energy ke 73 tahun 2018berjalan dengan tertib dan aman. (Editor Jon Heri)