Laporan Meidasari
PALEMBANG, Jodanews- Terkait temuan mayat yang diduga tewas diamuk massa, Riansyah, (45), warga Tangga Takat, Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II Palembang, Polres Ogan Ilir (OI) masih melakukan penyelidikan dengan memeriksa saksi-saksi dan aspek legalitas penambangan pasir tersebut.
“Saat ini kita masih mendalami apa korban tercebur sendiri atau ada unsur lain yang menyebabkan korban tewas,” ujar Kapolres Ogan Ilir, AKBP Arif Rifai, saat ditemui di Mapolda Sumsel, Senin (19/12).
Dikatakan Arif, jenazah korban sudah dibawa ke RS Bhayangkara Polda Sumsel untuk dilakukan visum. Guna mengungkap penyebab kematian korban. “Kita belum dapat menyimpulkan dugaan sementara kematian korban. Namun sejumlah saksi-saksi termasuk pemilik tongkang sudah kita periksa,” jelasnya.
Terkait aspek legalitas perizinan tambang pasir tersebut, masih dikatakan Arif, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi (Pemprov) Sumsel. “Tempat tambang tersebut sudah kita tutup sementara ini. Tapi, kalau memang terbukti tidak ada izin, pihaknya akan melakukan penindakan,” ucapnya.
Dijelaskan Arif, peristiwa ini berawal dari kesepakatan untuk tidak melakukan penambangan pasir di kawasan sungai Ogan, Desa Santapan Barat, Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir. Tapi setelah disepakati, besoknya penambangan pasir tersebut malah beroperasi lagi. Dan warga yang berjumlah sekitar 100 orang langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP),” jelasnya.
Untuk situasi sendiri, sudah kondusif dan aman. Dimana, sudah dilakukan mediasi antara tokoh-tokoh masyarakat, dan warga untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara, Irawan, (25), selaku sopir kapal tongkang yang ditemui di RS Bhayangkara Polda Sumsel, mengatakankan, saat kejadian penambangan pasir dilakukan oleh 6 orang, termasuk korban yang juga sopir kapal tongkang.
“Kami bekerja dengan Riky. Dimana, saya mendapatkan upah sebesar Rp 2 juta per bulan, sedangkan Riansyah dapat upah Rp 4 juta per bulannya,” kata Irawan, yang juga masih merupakan keluarga korban.
Dikatakan Irawan, sebelum kejadian, awalnya, pada Sabtu (17/12), datang dua orang yang meminta kapal tongkang milik Riansyah untuk memutar arah. Namun, Setelah tongkang diputar tiba-tiba puluhan warga memburu mereka dengan menggunakan bambu dan batu
“Ada sekitar puluhan warga dan yang bertindak anarkis sekitar 15 orang. Saat itu, kami sempat melarikan diri, Namun Riansyah tidak sempat kabur dan saya melihat Riansyah sudah dipukuli, melihat korban sudah tak berdaya lagi, lalu mayat korban dilemparkan ke air,” ucap Irawan.
Sementara itu, Dokter Forensik RS Bhayangkara Polda Sumsel, Kompol Mansyuri membenarkan adanya jenazah yang dikirim dari Polres Ogan Ilir. Dan saat ini sedang dilakukan visum luar. “Berdasarkan dari hasil visum luar korban sudah lama di dalam air. Dimana, kulit korban sudah keriput dan diperkirakan sudah dua hari dalam air,” jelasnya.
Selain itu, dikatakan Mansury, kulit korban juga sudah mengelupas dan tubuh korban sudah mengalami pembusukan. “Tanda kekerasan belum dapat diketahui karena tubuh korban sudah mengalami pembusukan,” tandasnya. (editor Elan)