Laporan : hera
PALI, jodanews – Anjloknya harga karet membuat perekonomian warga Desa Sukamaju dan Desa Tambak Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir(PALI)
lumpuh. Soalnya, selama ini warga di dua desa ini mengandalkan karet sebagai sumber perekonomian keluarga.
Sebagai gantinya, kini warga membudidayakan tanaman ubi racun. Kini hampir setiap warga memiliki kebun ubi racun masing – masing dua hektar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten PALI, Drs.Kusmayadi, bahwa terdapat 23 KK desa sukamaju dan 12 KK desa tambak dan desa sekitarnya yang telah menanam Ubi Racun.
Sebelumnya, lanjut Kusmayadi, dirinya sudah melakukan survei ke Pabrik Ubi Racun di Lampung untuk mengetahui tempat penjualan Ubi tersebut, “Hasil survei tersebut, kami sampaikan kepada masyarakat. Nah sekarang sudah lebih dari 50 warga yang telah menanam ubi racun, ‘’ katanya.
Setelah panen, lanjutnya ubi tersebut dijual ke Lampung, ‘’ Sebenarnya usaha ini bisa dijadikan sambilan tanpa harus meninggalkan pekerjaan sebagai petani karet. Setelah pulang dari menyadap karet, pada siang hingga sorenya masyarakat bisa merawat ubi racun yang ditanamnya, ‘’ jelasnya.Masih dikatakan Kusmayadi, budidaya ubi racun tak terlalu sulit. Bahkan dalam kurun waktu 6 hingga 9 bulan, masyarakat sudah bisa panen.Artinya sektor perdagangan Ubi ini salah satu upaya masyarakat yang sudah cerdas dalam mencari hasil selain dari menyadap karet,” pada bidang perdagangan dengan masyarakat menanam Ubi Racun ini bisa sedikit meringankan beban penderitaan petani karet disaat harga karet relatif murah seperti sekarang ini dan juga masyarakat akan selalu berpola pikir cerdas kedepan dalam menanggapi saat musim anjlok harga karet.
Ditempat terpisah, Kades Sukamaju, Bpk. Mustika saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan bahwa puluhan warganya mulai tahun ini menanam Ubi Racun, “Masyarakat desa kami menanam ubi tersebut masing – masing seluas 2 hektar sejak memasuki musim hujan ini tadi,” ujar Mustika.
Tentunya harapan masyarakat desa kami ini, agar pada saat harga karet murah seperti sekarang ini, ada upaya dari masyarakat untuk mengantisipasi alternatif usaha lain dengan bercocok tanam ubi racun. “Semoga saja usaha masyarakat kami ini bisa menghasilkan dengan maksimal,” tutur mustika.(editor : asep yusriansyah)