Laporan : Ofie
PALEMBANG,Jodanews – Sejumlah sektor usaha mengakui terjadi peningkatan omset hingga 30 persen, tidak hanya perhotelan, industri penerbangan, maupun sektor terkait lainnya juga mengakui terjadi peningkatan omset.
Gerhana Matahari Total (GMT) di Kota Palembang tidak hanya meningkatkan kunjungan wisatawan, namun juga sejumlah sektor usaha terkait lainnya. Salah satunya sektor perhotelan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan (Sumsel) Herlan Aspiudin mengatakan secara rata-rata, sejumlah hotel berbintang mencatat peningkatan omset hingga 30 persen dari hari normal.
“Secara rata-rata peningkatan omset perhotelan jelang GMT, sekitar 20 hingga 30 persen. Terutama dua hari sebelum dan satu hari setelah GMT. Tingkat hunian dari yang biasanya 70 hingga 80 persen, saat GMT rata-rata di atas 90 persen, bahkan 100 persen,” kata Herlan, Jumat (11/3).
Dijelaskannya, jika tingkat hunian kamar mulai berkurang dua hari setelah GMT. Kendati mulai berkurang, namun tingkat hunian ini tidak turun signifikan. Okupansi pasca GMT mencapai 80 persen. Artinya masih ada yang tetap tinggal di Palembang, kendati GMT sudah selesai.
“Hari ini (kemarin: red) sudah banyak kamar yang kosong, kalau kemarin-kemarin hotel bintang tiga ke atas rata-rata full, saat ini sudah mulai ada yang kosong,” kata Herlan.
Sementara itu Mario Adriansyah Executive Asisten Manager The Arista Hotel Palembang mengatakan, jika saat GMT pada 8-10 Maret lalu okupansi hotel penuh sampai 100 persen. Dimana ini terjadi kenaikan sekitar 15-20 persen dari hari biasanya.
“Meskipun disaat bersamaan juga ada beberapa meeting corporate yang tidak serta merta menyaksikan even GMT. tapi tentu saja mensuport tingkat hunian hotel kita,”kata Mario.
diakuinya juga jika, pada even GMT ini wisatawan mancanegara (wisman) juga mengalami tingkat kenaikan yang sama yakni 15-20 persen. “Karena kebanyakan Wisman yang datang ke hotel kita datang dan menginap memang untuk menyaksikan even GMT,”tambahnya lagi.
Public Relation The Daira Hotel Palembang, Nora Amelia, juga menjelaskan, dengan adanya GMT ini pihaknya merasa senang karena terjadi peningkatan okupansi. Apalagi sejak seminggu sebelum GMT, okupansi hotel mengalami peningkatan mulai dari lima persen per harinya, hingga puncaknya peningkatan terjadi hingga 30 persen.
“Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada okupansi hotel saja, namun juga terjadi pada food and beverage. Khusus food and beverage ini terjadi peningkatan, untuk menu-menu makanan khas Palembang,”terangnya lagi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Executive Secretary Hotel Aston Palembang, Vina Camelia yang mengatakan, untuk makanan kita ada peningkatan hingga 80 persen dari biasanya. Untuk menu-menunya rata-rata yang berbahan dasar daging.
“Peningkatan di food and beverage terjadi karena tamu-tamu banyak yang rombongan dan makan siang serta makan malam disini. Selain itu juga ada kegiatan meeting terkait GMT. Sedangkan untuk tingkat okupsnsi meningkat 20 persen dari biasanya,” ujarnya.
Sedangkan untuk tamu-tamu di hotel-hotel tersebut memang rata-rata masih turis lokal dan puluhan turis asing. Rata-rata turis asing lebih didominasi dari Jepang, bahkan pantauan koran ini melihat setiap hotel rata-rata ada turis dari Jepang.
Seperti di Batiqa Hotel Palembang, ada puluhan turis dari Jepang yang menginap di sana dan ada beberapa dari negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Swiss. Egga Daniel setelah usai menyaksikan GMT di Batiqa Hotel Palembang, ia langsung pulang dan menyempatkan diri berfoto-foto dengan receptionist.
“Very beautiful”, itulah lah yang keluar dari mulutnya ketika ditanyai mengenai GMT yang usai ia lihatnya. Karena ia tidak begitu bisa berbahasa inggris, maka usai berfoto ia kembali ke kamarnya, untuk merapikan barang bawaannya.
Sementara itu,Executive Secretary Batiqa Hotel Palembang, Emma, saat GMT nampak jelas dari roof top yang ada di lantai 11 Batiqa Hotel Palembang. Para tamu asing juga lebih memilih menyaksikan di roof top karena mereka tidak mau ribet dan tidak mau terjebak macet di Jembatan Ampera ataupun BKB.
“Sedangkan untuk tingkat hunian dan food and beverage kita mengalami peningkatan 10 persen dari biasanya. Disini kebanyakan turis asing suka makan pindang patin,” ujar Ema
Sedangkan untuk industri penerbangan, General Manager (GM) Angkasa Pura II Bandara SMB II Palembang Iskandar Hamid mengatakan untuk pintu kedatangan internasional meningkat 15 persen dari hari biasa. Puncaknya terjadi sejak H-2 GMT.
“Kalau Domestik biasanya dicek tiap satu bulan, namun untuk internasional peningkatan lonjakan penumpang di Bandara SMB II naik hingga 15 pesen, ” kata dia.
Dia mengatakan, normal per hari pintu kedatangan internasional bisa mencapai 200 orang penumpang, baik dari Malaysia maupun Singapura. Namun jelas H-2 GMT lonjakan penumpang mencapai 250 penumpang. “Takstis lonjakan penumpang di pintu kedatangan internasional naik signifikan saat GMT, dan maskapai beroperasi seperti biasa, tidak penundaan jadwal maupun ekstra flight,” jelas dia.
Demikian dikatakan, General Manager Garuda Indonesia Kantor Cabang Palembang, Asa Perkasa. Untuk penerbangan domestik okupansi naik mencapai 95 persen dibanding hari normal.
“Kami ada 10 kali penerbangan dari Jakarta ke Palembang, dominasi penerbangan dari Jakarta. Kalau secara total rata-rata di hari normal 73 hingga 78 persen, saat jelang MGT lonjakan penumpang mencapai 95 persen,” katanya.
Dia mengatakan, lonjakan penumpang mulai terjadi sejak Senin dan Selasa, sedangkan kepulangan diperkirakan terjadi, Kamis (10/3). “Kalau kedatangan lonjakan penumpang terjadi sejak Senin (7/3) dan Selasa (8/3),” tukas dia. (Editor Jonheri)
