Laporan : Agus Subhan Bakin
EMPAT LAWANG,Jodanews – Sungguh malang nasib yang dialami Hendri Zakarya (42) warga Tanjung Beringin dan Gitok (19) warga kelurahan Tanjung Makmur, kecamatan Tebing Tinggi. Gara-gara masalah kecil keduanya Ribut, bahkan menggunakan Kayu dan senjata tajam(Sajam) hingga mengalami luka-luka.
Usai kejadian itu, mereka terpaksa berurusan dan diamankan ke Polres Empat Lawang, karena keduanya saling melapor (split). Informasi yang berhasil di himpun, kejadian terjadi 15 Maret sekitar pukul 20.30 WIB di kebun dekat kolam ikan kawasan Sungai Lidi, Kecamatan Tebing Tinggi.
Saat itu Hendri sedang mengecek kolam ikan, ketika hendak pulang ke pondok ia langsung dikeroyok dua orang yakni Gitok dan Bakuk (35) yang merupakan kakak ipar Gitok. Keduanya membawa kayu dan senjata api rakitan (senpira). Namun Hendri saat itu, juga membawa sajam.
Perkelahian tak terelakkan, Hendri mengalami luka di hidung, paha dan tangan kiri akibat dipukul menggunakan kayu. Sedangkan Gitok tidak apa-apa, tapi Bakuk mengalami luka serius di jari-jari tangan kiri dan terpaksa diamputasi, ia dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Palembang. Gitok dan Bakuk kabur ke sungai, setelah itu Hendri juga pergi meminta bantuan kepada warga.
Kasat Reskrim Polres Empat Lawang, AKP Nanang Supriatna melalui Kanit Pidum, Iptu Indra Gunawan mengatakan, kedua laporan pelapor sudah kami terima, Hendri dan Gitok juga sudah diamankan. Sedangkan Bakuk masih dalam perawatan di rumah sakit.
“Kronologis dari laporan Gitok, ia dituduh oleh Hendri maling ikan di kolam nenek Hendri. Karena tidak terima, lalu terjadi keributan. Hendri dan Gitok masih keluarga,” ujarnya.
Dijelaskan Indra, Hendri melapor Kamis, 24 Maret setelahnya baru Bakuk melapor. Jadi keduannya sama-sama tersangka dan sama-sama jadi korban. “Hendri jadi tersangka pasal 351 KUHP tentang penganiayaan terhadap Bakuk. Sedangkan Gitok dan Bakuk merupakan tersangka pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. Ancaman semaunnya diatas lima tahun,” bebernya.
Tersangka Hendri ketika ditemui di Polres Empat Lawang mengaku, tidak tahu pasti mengapa keponakannya dan Bakuk mengeroyok. Tapi malam itu ia sedang mengecek kolam ikan, tapi setelah pulang melihat Bakuk dan Gitok sambil membawa kayu.
“Aku tanyo, nak ngapo. Malah dio langsung mukul, aku bales pakai pisau. Tapi Bakuk ngeluarke senjata api, dak tau nembak kearah mano kareno aku dak sadar, mungkin keno tangan aku ini,” jelas Hendri dalam bahasa daerah.
Mengenai tangan Bakuk yang harus diamputasi, kata Hendri, bukan karena dibacok. Tapi karena rebutan pisau yang digunakannya. “Kami berebutan pisau, tangan dia pegang bagian yang tajam, oleh itulah tangannya terluka. Setelah kami luka-luka, mereka terjun ke sungai dan saya juga pergi,” jelasnya.
Terpisah, Gitok mengaku dirinya tidak pernah mencuri ikan dikolamnya. Bahkan saat itu, Hendri yang lebih dulu hendak membacoknya. “Saya datangi dio, tibo-tibo dio nak ngapak. Kami melawan. Senpi yang dipakai Bakuk dak tau aku dari mano, Bakuk itu kaka ipar aku,” kelit Gitok yang hanya tamat SD kelas 3 ini. (Editor Jonheri)